Waspada! Pakar Sebut Gelombang Ketiga Covid RI Sangat Besar

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) memprediksi bahwa gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia bisa datang secara tiba-tiba.

Dewan Pakar IAKMI Hermawan Saputra mengatakan, prediksi tersebut dengan melihat kondisi mobilitas warga saat ini sudah hampir kembali seperti keadaan sebelum pandemi.

Menurutnya, kondisi ini berpotensi besar menjadi akar penularan virus Corona yang masif di masyarakat. Apalagi, lanjutnya, saat ini kebijakan pemerintah juga sudah tidak merepresentasikan lagi kampanye menjaga jarak. Ia bahkan menyebut, kemungkinan akan muncul mutasi Covid-19.

“Hemat kami akan ada suatu waktu yang sporadis, unpredictable, bisa jadi karena kekhawatiran kami, kasus Covid-19 itu meledak tiba-tiba boleh jadi karena adanya mutasi virus baru yang kemudian adanya keramaian, penularannya semakin cepat,” kata Hermawan belum lama ini.

Hermawan belum bisa memastikan kapan potensi ledakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi. Namun, apabila berkaca pada pengalaman sebelumnya, lonjakan kasus terjadi pada libur panjang seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan juga Idul Fitri.

Oleh karena itu, menurutnya kondisi ini tak menutup peluang Indonesia bisa mengalami lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan pada akhir 2021 atau bahkan awal 2022. Lonjakan kasus Covid-19 itu menurutnya berasal dari akumulasi mobilitas warga yang tak terbendung saat ini.

“Kita melihat bagaimana pemerintah cukup inkonsisten ya. Pemerintah mewanti-wanti dulu agar diwaspadai adanya gelombang ketiga, tapi dari kebijakannya, sekarang ini pemerintah yang melonggarkan segala urusan. Bahkan mal 100% sekarang, hampir tidak ada lagi jaga jarak, tidak ada,” jelasnya.

Hermawan lantas mengingatkan, kebijakan pemerintah terkini tidak berdasarkan saintifik dan mitigasi risiko ancaman. Misalnya, pemerintah terkini memangkas masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional menjadi 3 x 24 jam bagi yang baru menerima satu dosis vaksin covid-19.

Hermawan menilai kebijakan itu belum memandang pandemi sebagai sebuah risiko ancaman. Lantaran pintu masuk merupakan akses pertama bagaimana mutasi atau varian baru virus Corona mampu membuat ledakan kasus tak terduga, seperti apa yang terjadi pada Juni-Juli 2021 lalu akibat serangan varian Delta.

“Kita perlu meningkat kejadian di India itu sesuatu yang tidak diprediksi sebelumnya dan tiba-tiba. Dan ini bisa saja terjadi kembali, kemungkinan varian baru atau turunan-turunan varian Delta yang sudah membuat banyak negara kelabakan,” kata dia.

Lebih lanjut, ia menyebut ledakan kasus Covid-19 yang berpotensi terjadi di Indonesia ini juga bisa lebih parah dari pada lonjakan kasus sebelumnya. Ini seperti yang terjadi pada awal 2021 dan juga pada periode Juni-Juli 2021 lalu.

Kendati program vaksinasi nasional telah menyentuh 50% lebih untuk pemberian dosis pertama, dan sebagian orang sudah memiliki kekebalan alamiah pasca terinfeksi.

Namun Hermawan melihat kondisi itu masih belum bisa menyelamatkan Indonesia sepenuhnya dari kondisi ‘kacau’ akibat potensi serangan Covid-19.

Apalagi capaian vaksinasi bagi kelompok rentan seperti warga lanjut usia (lansia) masih rendah. Data Kementerian Kesehatan per 2 November menyebutkan baru 8.723.505 orang lansia yang telah menerima suntikan dosis pertama vaksin virus Corona.

Sementara itu, 5.393.636 orang lansia telah rampung menerima dua dosis suntikan vaksin covid-19 di Indonesia. Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah dari total sasaran 21.553.118 orang baru menyentuh 40,47% dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama dan 25,02% suntikan kedua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *