Tetap Utamakan 3 M dan 3T, Jangan Terlena Oleh Adanya Vaksin Semata

Mediatugu – Vaksin jangan dianggap sebagai solusi mutakhir dalam mencegah penyebaran virus covid-19, melainkan yang harus tetap dikedepankan adalah 3M dan 3T.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Bidang Advokasi dan Kerjasama MCCC Pusat, dr Corona Rintawan. Ia juga meminta kepada pihak yang terkait dengan penyelenggaraan vaksinasi pandemi covid-19 untuk mengindahkan 5 rekomendasi dari PP Muhammadiyah terkait vaksin.

Selain itu, ia menyebut yang menjadi catatan penting adalah jangan lagi ada kampanye bombastis bahwa vaksin adalah jawaban atas segala persoalan virus covid-19.

“Satu hal yang menjadi catatan adalah jangan lagi ada kampanye bombastis bahwa vaksin menyelesaikan segalanya,” tutur Dokter Spesialis Emergency Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan saat dikonfimrasi reporter muhammadiyah.or.id pada (7/1).

Karenanya ia meminta kepada masyarakat supaya tetap mengedepankan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Juga kepada pihak berwenang supaya tetap mengutamakan 3T (tracing, testing, dan treatment).


Vaksin adalah Opsi Terakhir

Mengutip Swiss Cheese Model yang dikembangkan oleh James Reason, dr Corona menyebut vaksin adalah lapisan paling belakang atau terkahir.

Perlu diketahui Swiss Cheese Model merupakan teori yang menjelaskan tentang kegagalan sistem, bahwa terjadinya kecelakaan tidak serta merta merupakan kesalahan personal namun ada faktor lain dalam sistem.

Melihat kasus covid-19 memakai model tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada intervensi tunggal yang sempurna dalam mencegah penularan. Melainkan memerlukan banyak intervensi dalam melakukan pencegahan yang berlapis-lapis.

Lapisan pencegahan tersebut terdiri dari jaga jarak/di rumah saja, bermasker, cuci tangan, etika batuk, jangan sentuh wajah, hindari kerumunan, testing, ventilasi ruangan yang mencukupi, regulasi-partisipasi masayrakat, karantina/isolasi, dan yang terakhir baru vaksin.

Lapisan tersebut seperti bentuk irisan keju, yang setiap lapisnya ada kelemahan (lubang) masing-masing. Maka asumsinya adalah semakin banyak lapisan akan meningkatkan keberhasilan.

Namun demikian ia tetap optimis bahwa wabah pandemi covid-19 ini bisa dikalahkan, dengan kepedulian dan inovasi. Bukan dengan ketidakpedulian dan keras kepala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *