Ramai orang membicarakan 3 orang ditangkap Densus 88 terkait terrorisme, salah satunya Ahmad Zain An-Najah yang merupakan anggota Komisi Fatwa MUI Pusat. Ahmad Zain An-Najah berdasarkan informasi dari kepolisian dinyatakan terlibat ke dalam kelompok teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI).
Sebagai sebuah LSM bentukan Soeharto pada masa ORBA yang membesar hingga punya cabang di seluruh Indonesia dan berurusan dengan agama mayoritas ini, LSM MUI tumbuh demikian berkuasa, sangat ‘powerful’, hingga dapat mengeluarkan fatwa, sementara oraganisasi yang lebih besar seperti NU dan Muhammadiyah saja tidak memiliki kewenangan ini. Penangkapan Ahmad Zain An-Najah adalah malu besar untuk LSM MUI, dan prestasi besar bagi Densus 88, dimana mereka menunjukkan tidak kompromi dan tidak takut menindak terroris, siapapun dia, apapun jabatannya, di manapun posisinya.
Bravo Densus 88…!!!
-Iklan-
Saya ingat, belum lama ini Wakil Ketua Umum LSM MUI minta Densus 88 dibubarkan. Ini diawali dengan pertanyaan ‘nyinyir’ yang mengatakan “Kenapa Densus 88 tidak dikirim ke Papua…?”
Huh, dia menunjukkan ketidakpahamannya akan tugas dan fungsi Densus 88, tidak paham tapi banyak bicara. Pernyataan dan permintaan Anwar Abbas ini sejalan dengan permintaan politisi kondang Fadli Zon.
Fadli Zon beralasan pada pernyataan petinggi Densus 88 yang mengatakan Taliban menginspirasi aksi terrorisme di Indonesia. Menurut Fadli Zon narasi tersebut tidak laku lagi, tidak benar. Selain itu Fadli Zon juga menyatakan bahwa perang melawan terrorisme sudah selesai saat Amerika meninggalkan Afghanistan. Pendapat yang entah didasarkan pada apa sehingga Fadli Zon merasa lebih tahu dari petinggi Densus 88.
Yang paling tahu mengenai pergerakan terroris di Indonesia adalah terroris itu sendiri, setelah itu barulah Densus 88. Jadi jika Fadli Zon dan Anwar Abbas berani berkomentar sebagai orang-orang yang lebih tahu dari Densus 88, maka pastilah mereka itu terroris. Tapi apapun dalih dan dasar dari permintaan pembubaran Densus 88 sangat wajar dikaitkan dengan penangkapan Ahmad Zain An-Najah.
Sebenarnya apa dasar Fadli Zon dan Anwar Abbas mendadak minta Densus 88 dibubarkan…?
Kemungkinan terbesar adalah adanya informasi yang masuk bahwa Ahmad Zain An-Najah sudah terendus atau sedang diendus Densus 88. Informasi inilah yang kemudian membuat pihak terkait memutar otak untuk menyelamatkan Ahmad Zain An-Najah. Cara menghindarkan dan melepaskan rupanya tidak ditemukan, ke manapun akan dikejar dan diselesaikan oleh Densus 88.
Maka cara yang terpikirkan (entah oleh otak siapa), adalah mengeluarkan wacana pembubaran Densus 88. Maka ‘stake holder’ terkait dikerahkan untuk menebar wacana dalam mode ‘gayung bersambut’, seolah-olah cuitan yang satu dengan cuitan senada yang lain tidak ada hubungannya. Harapannya adalah setelah wacana digelontorkan, kaki tangan dan para buzzerp yang selama ini dipelihara akan memviralkan, sehingga akhirnya dapat dibuat layak untuk dibahas DPR.
Densus 88 akan disibukkan dengan berbagai laporan dan presentasi, lobi, dan rapat dengan berbagai pihak, di mana ujungnya nanti akan diketuk palu oleh DPR, Densus 88 dibubarkan. Rencana indah yang gagal total, karena Densus 88 bergerak jauh lebih cepat dari pendukung LSM MUI, maklum orang yang sehari-hari kerjanya hanya duduk makan gaji biasanya menjadi tidak mampu bergerak cepat.
Rencana gagal, Densus 88 menang 1-0, saya senang. Masih ada babak lanjutan dari penangkapan ini, Densus 88 belum bisa istirahat, tapi tidak apa, mereka terbiasa bekerja pagi siang dan malam untuk bangsa dan negara. Timbulnya rencana membubarkan Densus 88 harus ditelisik lebih jauh dan dituntaskan oleh Densus 88.
Adanya kebocoran informasi terkait diendusnya Ahmad Zain An-Najah harus ditindaklanjuti. Dari mana bocornya, adakah penyusup, adalah pengkhianat di tubuh Densus 88 sendiri…? Densus 88 harus menindaklanjuti ini secara serius, agar tidak ada lagi kebocoran di rencana-rencana dan langkah-langkah yang diambil.
Perang harus dilanjutkan, harus dibuktikan keterkaitan wacana pembubaran Densus 88 yang digelontorkan Fadli Zon dan Anwar Abbas, di mana kaitannya, apa posisi mereka sebenarnya dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI). Ini tantangan besar, karena kemungkinan besar sekarang ada yang bertugas bakar-bakar dokumen, bersih-bersih chat, dll. Secara logika, yang dapat dipastikan baru jaringannya adalah jaringan JI. Bukti otentiknya yang masih harus ditemukan.
Keberadaan Anwar Abbas, satu tim dengan Ahmad Zain An-Najah, menimbulkan wacana sesat membubarkan Densus 88. LSM MUI dikendarai oleh keduanya dan disalahgunakan dengan mencoba menghancurkan garda utama Indonesia dalam menumpas terrorisme di Indonesia.
LSM MUI ini berbahaya, layak dibubarkan, setidaknya untuk sementara dibekukan, dan disidik keseluruhan jajaran pimpinannya, baik di pusat maupun di daerah.
Serukan #BubarkanMUI selamatkan bangsa dan negara dari terrorisme serta semua jaringan dan perangkatnya. Merdeka…!!!