Oleh: Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D.*
Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini, menurut saya, tidak sehat.
Pluralisme yang mustinya disyukuri sebagai rahmah dari Tuhan Yang Maha Esa, justru dikebiri, oleh kelompok tertentu, dengan agenda politik tertentu, dalam wilayah/domain yang sempit dan bodoh, dengan memaksakan Ideologi Sesat yang sangat tidak koheren dengan jiwa dan budaya Pancasila. Pihak yang dirugikan/tersingkirkan, dihantui oleh apatisme.
Eropa Barat pasca Perang Dunia II bertransformasi secara sosial dan kultural menjadi suatu masyarakat yang sekuler. Fenomena ini sangat mudah dipahami dan dimengerti, jika dikaji lebih detail perpolitikan di Eropa Barat pada kala itu. Munculnya/hadirnya Parpol yang berbasis agama dan keterlibatan para politikus agamis, termasuk pemuka agama di sana, menjadi argument rasional sebagian besar masyarakat Eropa Barat memilih menjadi sekuler.
Indonesia harus diselamatkan dari hantu-hantu apatisme yang bergentayangan di langit-langit Indonesia. Sikap apatis sangat menyesatkan dan kontraproduktif. Rohaniawan/spiritualis yang tupoksinya menjaga spiritual, etika dan moral umatnya, justru bermain mata dengan politikus kadrun dengan agenda politik pragmatis, yang jangka panjangnya sangat membahayakan Pancasila, dan NKRI.
Sikap mereka sangat menciderai pejuang-pejuang pluralisme yang tidak pernah lelah dan tanpa pamrih menjaga NKRI yang berbhinneka, Pancasila dan UUD 1945. Mereka hayalah makhluk tidak jelas kontribusinya bagi bangsa dan negara. Kemladeyan ngajak sempal.
Bung Karno pernah dikhianati dan dijatuhkan oleh kelompok mereka.
Tenggelamkan Parpol dan Capres Kadrun di 2024.
Perjalanan karir politik dan pejabat publik Ganjar Pranowo jelas menunjukkan sebuah integritas, komitmen dan konsistensinya sebagai Marhenis Sejati, ora wedi ngelih! Ganjar sudah paripurna dengan permasalahan SARA.
Saya mendukung penuh Ganjar Pranowo Capres 2024 pilihan rakyat. Saya yakin, Ganjar bisa memulihkan semangat pluralisme di Indonesia, khususnya kehidupan keagamaan, berdasar tolerasi dan penghormatan dalam Taman Indah Puspa Hati bangsa Indonesia.
Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Terima kasih.
*Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Seniman/Budayawan Yogyakarta