Media Tugu – Indonesia masih dihantui tantangan radikalisme dan terorisme. Kurangnya pendidikan toleransi antar-umat beragama dan bermasyarakat menjadi salah satu penyebab paham radikalisme menyebar dengan cepat.
Melihat fenomena ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Tjahjo Kumolo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk siap memerangi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri yang ingin menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Saya ingin menegaskan kita harus bisa menentukan sikap. Menentukan siapa kawan dan siapa lawan pada kelompok, perorangan, atau golongan yang anti-Pancasila, anti-Bhinneka Tunggal Ika, anti-NKRI, anti-kemajemukan bangsa dan UUD 1945,” tegas dia dalam keterangannya, Minggu (23/1).
Tjahjo pun menyampaikan arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan antisipasi bangsa terhadap ancaman ketahanan dan keamanan nasional di tengah mudahnya keterbukaan informasi dan akses jaringan komunikasi. Bidang pertahanan-keamanan harus tanggap dan siap menghadapi perang siber, menghadapi intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Diakui, pemahaman-pemahaman intoleransi yang mengarah pada sumbu radikalisme telah menyebar bahkan hingga ke pelosok daerah terpencil. Di sinilah peran sosialisasi dan pembinaan tindakan gencar dilakukan pemerintah sebagai langkah preventif agar tidak terjadi pelanggaran terkait komitmen kebangsaan dan tindakan radikalisme.
Berbagai upaya pun telah dilakukan bersama untuk menanggulangi penyebaran paham-paham yang mengancam ideologi bangsa. Salah satunya upaya yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui program Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan (WARUNG) NKRI.
“Jangan dianggap WARUNG NKRI ini sekadar warung tapi bagaimana warung ini sebagai tempat berkumpul, berdialog, dan berkomunikasi masyarakat dari berbagai latar belakang,” katanya.
Tjahjo pun meminta para tokoh masyarakat, alim ulama, guru dan terlebih aparatur sipil negara (ASN) untuk aktif menyampaikan pesan kegotongroyongan, pesan Pancasila, pesan NKRI, pesan kemajemukan, dan pesan UUD 1945 sesuai dengan keyakinan ajaran agama masing-masing.
Ia meyakini bahwa sejatinya semangat gotong royong telah ada di pemerintahan, masyarakat, di pondok pesantren, maupun pendidikan agama di Indonesia. Semangat gotong royong inilah yang perlu ditata dan diharmoniskan dengan baik. “Kalau ini terwujud maka tantangan setelah 76 tahun Indonesia merdeka yang berkaitan dengan radikalisme terorisme sedikit demi sedikit akan terkikis,” pungkas Tjahjo.