Keamanan di Papua yang diganggu terus oleh kelompok separatis dan teroris (KST) menjadi masalah sejak lama. Pemerintah akhirnya mengubah pendekatan menjadi lebih humanis sehingga diharap permasalahan akan lekas selesai.
Papua dikenal dengan Raja Ampat dan Gunung Jayawijaya yang indah. Akan tetapi wilayah ini juga dikenal karena kelompok separatis dan teroris (KST). Image buruk ini yang berusaha dihapus oleh pemerintah, juga untuk mengamankan masyarakat dari serangan KST.
Penyebabnya karena mereka semakin membabi-buta dan merusak perdamaian di Bumi Cendrawasih.
Akan tetapi ada strategi baru yang ditetapkan oleh pemerintah. Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah di Papua akan digunakan pendekatan kesejahteraan dan pendekatan baru di bidang keamanan.
Nantinya pendekatan akan lebih humanis dan dialogis, melalui penggunaan teritorial.
Pendekatan pertama untuk mengatasi masalah di Papua adalah dengan
pendekatan kesejahteraan. Selama ini memang ada sedikit ketimpangan
ekonomi akibat kebijakan sentralisasi pada masa orde baru. Namun hal itu
dirombak menjadi desentralisasi dan otonomi daerah saat orde reformasi.
Dengan otonomi daerah maka diharap tiap provinsi di Indonesia akan lebih
maju, termasuk Papua. Selain kebebasan otonomi maka di Bumi Cendrawasih
diharap lebih baik lagi perekonomiannya dengan program otonomi khusus
(Otsus) yang dimulai sejak tahun 2001 dan dilanjutkan dengan jilid 2
pada tahun 2021.
Dana Otsus yang terus naik tiap tahun (dan pada 2021 ini mencapai
milyaran rupiah) diharap bisa membangun Papua agar lebih baik lagi.
Penyerapan dana Otsus juga maksimal agar rakyat di Bumi Cendrawasih
merasakan kemajuan, termasuk KST. Mereka bisa melihat saat ini Papua
makin maju dan modern, bahkan dipercaya menjadi tuan rumah PON XX
beberapa bulan lalu.
Dengan pendekatan secara ekonomi maka rakyat Papua akan makin sejahtera.
KST selama ini menuntut untuk membelot karena merasa ada ketidakadilan
dengan perlakuan ke rakyat di sana dan di tempat lain. Padahal
pemerintah sudah berusaha adil dan bahkan mengistimewakan Papua dengan
Otsus, sehingga diharap mereka terbuka mata hatinya dan mengerti bahwa
Bumi Cendrawasih selalu istimewa.
Wapres melanjutkan, pendekatan humanis dan dialogis akan dilakukan via
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, pemuda, dan tokoh
perempuan. Kelompok separatis adalah bagian dari bangsa, oleh karena itu
wajib dirangkul. Beliau menggunakan pendekatan ini setelah mendapat
masukan dari kepala staff angkatan darat (KSAD) Jenderal Dudung
Abdurrachman.
Dengan pendekatan humanis maka diharap KST akan lebih mudah untuk
dikendalikan. Usulan dari Jenderal Dudung Abdurrachman bagus karena
memang diharap dengan dialog, semuanya akan terselesaikan. Masalah tidak
akan usai ketika hanya menggunakan gertakan, tetapi dengan kata-kata
dan sentuhan hati, diharap Papua akan lebih damai lagi.
Masyarakat Indonesia khususnya Papua mengapresiasi pendekatan baru untuk
mengatasi keamanan di Bumi Cendrawasih. Menurut mereka, pendekatan
secara humanis amat bagus karena anggota KST juga manusia sehingga harus
dimanusiakan. Diharap dengan pendekatan humanis, mereka akan tersentuh
hatinya lalu dengan senang hati menyerahkan diri.
Pendekatan secara humanis dilakukan untuk mengatasi agar tidak ada
konflik berkepanjangan. Sebab, jika ada konflik, maka yang rugi adalah
warga sipil Papua. Penyebabnya karena mereka takut untuk beraktivitas di
luar rumah karena khawatir kena peluru nyasar dari tembakan KST.
Pendekatan di Papua diubah strateginya menjadi pendekatan secara ekonomi
dan humanis. Masyarakat di Bumi Cendrawasih senang karena merasa
diperhatikan oleh pemerintah. Mereka juga mendukung
pendekatan-pendekatan ini agar KST segera sadar dari kesalahannya.