Pemerintah Memastikan Hanya Akan Menggunakan Vaksin Yang Aman dan Sudah Lolos Uji Klinis Sesuai Rekomendasi WHO

mediatugu – Penegasan ini disampaikan Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Dr. Siti Nadia Tarmizi, M,Epi dalam serial webinar Forum Kesehatan Nusantara (FKN) yang diadakan Masyarakat Profesional Santri (NU Circle) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter NU, NUCareer, dan Bank Syariah Mandiri.

“Pemerintah memilih vaksin Covid-19 secara hati-hati dan melalui beberapa kriteria atau pertimbangan,” ucap Siti Nadia Tarmizi

Diskusi dipandu moderator Ketua Bidang Kesehatan NUC Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.Og, MP, webinar mengambil tema “Vaksin Covid-19 dan Prioritas Vaksinasinya.”

Siti Nadia menjelaskan ada tujuh hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan vaksin. Pertama, Keamanan (tidak ada efek samping berat). Kedua, Efikasi (ideal : 70% ; minimal 50%). Ketiga, Lama perlindungan panjang (setidaknya 1 tahun). Keempat, Stabilitas penyimpanan (suhu 2 – 8⁰C). Kelima, Kemasan : Multi dose (optimalisasi kapasitas rantai dingin vaksin). Keenam, Platform yang sama untuk memudahkan evaluasi. Ketujuh, Persetujuan pengunaan dari BPOM – mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA).

Menurutnya saat ini berbagai persiapan sudah dilakukan. Dari sisi logistik, cold chain yang terkait dengan proaesur untuk menjaga suhu vaksin tetap rerjaga kualitas dan efektivitasnya sudah mencapai 97% secara nasional. Tenaga medis, dokter spesialis, perawat dan bidan juga telah disiapkan dan berkompetensi. Vaksinator di Puskesmas dan Rumah Sakit lebih dari 29.635 orang.

Dikatakannya, kelompok sasaran sesuai tahapan adalah peeltugas kesehatan, TNI, polri, petugas hukum, pelayanan publik,tokoh masyarakat, tokoh agama,tokoh ekonomi, guru dan tenaga pendidik dari PAUD, SD, SMP, SMA/ SMK, PT, aparatur pemerintah pusat, daerah dan legislatif, serta kelompok masyarakat rentan dan masyarakat lainnya.

Pembicara lainnya, Pembina Perhimpunan Dokter NU dr. Syahrizal Syarif, MPH, PhD menegaskan masih banyak isu terkait vaksin. Pertama perihal pengadaan vaksin yang cukup menjadi perbincangan nasional. Kemudian masalah akses terhadap vaksin dengan berbagai skema harga dan nilai penjualan sebelum akhirnya diputuskan bahwa vaksin digratiskan. Kaum dhuafa dan miskin harus diprioritaskan. Mereka yang sulit mendapatkan akses terhadap vaksin.

Kedua, prioritas pemberian vaksin yaitu masyarakat yang berusia 18-59 tahun dan orang sehat. Ketiga, masih soal prioritas dan tujuan vaksinasinya. Keempat, masih ada isu terkait penerimaan masyarakat terhadap upaya vaksinasi. Kelima pasca program vaksinasi, apa yang mesti dilakukan dan bagaimana mitigasinya.

Menurutnya, kondisi pandemi di Indonesia masih fluktuatif. Beberapa daerah masih tinggi angka terpapar Covid-19. DKI jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat serta Papua,Papua Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat masih sangat tinggi. Jika diperbandingkan, risiko tertular Covid-19 di DKI Jakarta itu 8 kali Jatim, 8 kali Jateng, dan 10 kali Jabar.

“Persoalan vaksin dan vaksinasi ini dapat disimpulkan selain kondisi fluktuatif, pemeriksaan spesimen masih rendah dan kapasitas pemeriksaan tidak merata. Vaksin memang merupakan harapan namun masih memiliki berbagai tantangan. Namun yang lebih penting adalah meski ada vaksin, jangan sampai perilaku 3M dan 3T (testing, tracking, dan treatment) disepelekan dan dikurangi,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Prof Budi Wiweko menegaskan bahwa NU Circle akan terus melaksanalan Webinar Kesehatan dalam bingkai kegiatan Forum Kesehatan Nusantara hingga tahun 2021. Webinar ini diharaokan dapat memberikan manfaat dan bisa mengedukasi masyarakat luas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *