Akademisi Fakultas Hukum USK, Dr. Sulaiman Tripa, SH., MH menyebutkan nilai-nilai kebangsaan dapat digunakan sebagai kekuatan penting dalam mencegah radikalisme.
“Selain itu juga penguatan agama dan penguatan keluarga. Semua sisi ini harus dikuatkan, jika sisi satu yang tinggal, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan pada sisi yang lain,” jelas Sulaiman
Berdasarkan indeks yang dilaksanakan BNPT Tahun 2022, lanjut dia, sekarang ini gen z salah satu yang potensial dan strategis. Indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi pada perempuan, kalangan urban, gen Z dan milenial serta yang aktif di internet.
“Perbandingannya, gen z (10,4), gen milenial (10,3), dan gen X (9,4). Sedangkan perempuan (10,2) dan laki-laki (9,9),” ungkap Kabid Agama, Sosial dan Budaya FKPT Aceh ini
Mengapa gen Z penting? Menjawab pertanyaan ini, Sulaiman Tripa menjelaskan saat ini secara demografis, usia gen Z mencapai 74,93 (dari 270 juta penduduk atau 27,9 %), sedangkan gen Milenial 69,38 juta (25,87%), Gen X 58,65 juta (21,88%), Baby Boomer 31 juta (11,56%), dan post gen Z 29,1 juta (10,9%).
“Gen Z ini yang selama ini dominan menggunakan medsos. Dan menurut survei Kompas 2021, gen Z ini paling sering menggunakan medsos dalam sehari-hari, bisa 2-5 kali perhari dengan jumlah 42,9 %.
Dibandingkan dengan keadaan atau tipikal gen Z yang dianggap kurang peduli, maka gen Z potensi dan strategi digunakan untuk berbagai kepentingan. Ada yang menggunakan untuk kepentingan yang baik. Tidak jarang menggunakan untuk kepentingan yang buruk,” tutur Sulaiman Tripa.
Mengantisipasi hal ini, lanjutnya, maka kekuatan bangsa harus digunakan. Kekuatan tersebut antara lain nilai-nilai kebangsaan yang ada dalam kehidupan berbangsa.
“Nilai-nilai kebangsaan ini sendiri juga dibangun berdasarkan nilai-nilai agama dan sosial. Maka ketika memperbaiki kualitas kehidupan, semua nilai-nilai harus diperbaiki dengan baik agar tercapai tujuan berbangsa dan bernegara,” pungkas Sulaiman Tripa.