Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan sejarah mencatat pada 1905 Pemerintah Kolonial Belanda pernah menjadikan Merauke sebagai lumbung beras dengan mencetak 1.000 hektare sawah. Langkah tersebut hingga kini harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
Sebagai wilayah paling ujung timur Indonesia, Merauke harus tetap menjadi lumbung beras nasional. Kementerian Pertanian mencatat Merauke memiliki lebih dari 2,5 juta hektare lahan potensial yang bisa dikembangkan untuk pertanian. Potensi produksi padinya cukup tinggi. Salah satunya ditunjukan dari hasil BPTP pada 2017 dengan teknologi JARWO SUPER.
“Teknologi JARWO SUPER mampu menghasilkan lebih delapan ton per ha dibandingkan dengan produktivitas gabah rata-rata di Kabupaten Merauke sekitar 4- 4,5 ton per ha,” ujar Bamsoet, sapaan akrabnya, usai menerima Bupati Merauke Romanus Mbaraka, dalam keterangan resminya, Sabtu, 10 April 2021.
Data BPS mencatat sepanjang Januari-Mei 2021 perkiraan produksi beras yang digiling dari gabah padi mencapai 17,51 juta ton dari seluruh wilayah Indonesia. Sementara kebutuhan beras untuk konsumsi di periode yang sama mencapai 12,33 juta ton. Dari tujuh besar provinsi penghasil besar, Papua belum termasuk didalamnya. Padahal potensinya sangat besar.
“Nomor satu ditempati Jawa Timur dengan produksi Gabah Kering Giling (GKG) mencapai 4,20 juta ton. Kemudian Jawa Tengah dengan GKG sebesar 4,10 juta ton. Disusul Jawa Barat dengan GKG mencapai 2,54 juta ton. Kelak di masa mendatang kita berharap produksi GKG dari Papua, melalui Merauke, bisa masuk dalam tujuh besar nasional,” papar Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini menerangkan pada 2021 ini Merauke menargetkan luas lahan tanam padi mencapai sekitar 63.785 hektare sehingga mampu menghasilkan sekitar 141.764 ton beras. Sementara kebutuhan beras masyarakat Merauke sekitar 25 ribu ton.
Artinya sisanya bisa dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa yang hampir seluruh masyarakatnya memakan nasi sebagai makanan pokok. Dengan dukungan pertanian dari saudara sebangsa di Merauke, lanjutnya, maupun dari berbagai daerah lumbung beras lainnya, Indonesia bisa surplus beras.
“Sehingga tidak harus mengandalkan impor. Antar wilayah bisa saling mendukung sebagai bentuk gotong royong,” ujar Bamsoet.