Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mewanti wanti tentang bahaya paham salafi wahabi yang kini melekat pada kelompok Polri Cinta Sunnah.
Kelompok Polri Cinta Sunnah adalah organisasi non resmi Polri, secara hukum mereka ilegal dan secara akidah mereka penganut salafi wahabi, dan mereka bukan ahlus Sunah waljamaah walaupun yang mereka teriakan adalah Cinta Sunnah.
Jumlah mereka dimedsos sudah mencapai ratusan ribu pengikut. Jelas Ken.
Otak kaum salafi wahabi itu made in Arab, walaupun raga nya made in Indonesia, mereka melihat sesuatu hanya dengan kacamata kuda dan hitam putih saja, lupa mengkontekskan dalil agama dalam konteks kekinian, akhirnya kaku dalam bergaul dimasyarakat.
Kelihatan mereka itu kuat dalam beragama, tapi minus ahlak kepada masyarakat dan kepada negara, mereka juga mudah membidahkan, mensyirikan bahkan mengkafirkan orang lain yang berbeda.
Kelompok salafi wahabi saat ini di Indonesia memang belum angkat senjata, mereka pintar bersiasat agar tidak kelihatan aslinya, mereka saat ini hanya fokus pada ritual ibadah dan bagaimana membenci kearifan lokal serta tradisi nusantara yang dianggap bidah dan syirik oleh mereka.
Perlu dikatahui bahwa semua teroris di Indonesia itu berpaham lan berlatar belakang NII dan salafi wahabi, walaupun salafi wahabi tidak memproduksi teroris, itu karena kacamata kuda dalam beragama yang menghantarkan mereka kehilangan ke Indonesian.
Bila aparat saja sudah terkontaminasi oleh paham berbahaya salafi wahabi, dan bahkan bukan hanya Polri saja, tapi juga TNI sudah banyak yang terpapar oleh Virus Mengatasnamakan Cinta Sunnah ini.
Lalu kepada siapa masyarakat akan mengadu bila pemerintah dan Kapolri selaku pimpinan tertinggi kepolisian juga diam seribu bahasa terhadap fenomena yang membahayakan ini ?
Apakah menunggu mereka melakukan tindakan teroris dulu lalu akan ditindak seperti Ust Farid Okbah ?
Kalau begitu kapan fenomena teroris ini akan berakhir bila akar permasalahan radikalisme di Indonesia ini dibiarkan ? Cenderung malah seperti diternak, ada yang pelihara, kasih makan dan memanfaatkan.
Ibarat buah yang di petik dari pohon, tapi akarnya tidak dicabut, maka pohon itu akan berbuah setiap musim, terorisme pun begitu, tidak akan pernah berakhir. Tutup Ken.
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan yang juga mantan aktivis NII meminta agar MUI mempublis hasil penelitian dan investigasinya terkait kesesatan NII KW9 yang berpusat di Pesantren Alzaytun.
Sudah ada investigasi dan hasilnya dibukukan, tapi tidak diumumkan kepada khalayak dan masuk laci. Ujar Ken.
Menurut Ken, berdasarkan bukti-bukti, fakta-fakta, dan informasi-informasi dari berbagai sumber termasuk para mantan NII pada saat itu disumpah, Lalu dilakukan investigasi, cek, kroscek, verifikasi, analisis, dan diskusi yang mendalam atas berbagai data itu hasilnya jelas ada benang merah antara NII dan Alzaytun, sayangnya tidak ada tindak lanjut.
Padahal ada indikasi kuat adanya hubungan (relasi) antara Ma’had Al Zaytun dengan organisasi NII KW 9. Hubungan itu bersifat historis, finansial, dan kepemimpinan.
Hubungan Historis: Bahwa kelahiran Ma’had Al Zaytun memiliki hubungan historis dengan organisasi NII KW 9, secara hubungan finansial juga ada hubungan finansial dalam arti adanya aliran dana dari anggota dan aparat teritorial NII KW 9 yang menjadi sumber dana signifikan bagi kelahiran dan perkembangan Ma’had Al Zaytun.
Hubungan kepemimpinan juga di lembaga pendidikan Al Zaytun terkait dengan kepemimpinan di organisasi NII KW 9, terutama pada figur Panji Gumilang dan sebagian eksponen (pengurus yayasan).
Terdapat Penyimpangan paham dan ajaran Islam yang dipraktekkan organisasi NII KW, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara lain dalam hal mobilisasi dana yang mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan, penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang menyimpang, dan mengkafirkan kelompok di luar organisasi mereka.
Terdapat pula penyimpangan paham keagamaan dalam masalah zakat fitrah dan kurban yang diterapkan oleh pimpinan Mahad Al Zaytun, sebagaimana dimuat dalam Majalah Al Zaytun.
Persoalan NII dan Al Zaytun terletak pada aspek kepemimpinan yang kontroversial (AS Panji Gumilang dan sejumlah eksponen/pengurus yayasan) dan keterkaitan koordinator-koordinator wilayah yang bertugas sebagai tempat rekrutmen santri Mahad Al-Zaytun dengan organisasi NII KW9
Bila MUI tidak mau publis hasil temuan tersebut maka perlu dicurigai ada apa sebenarnya antara MUI dan NII Alzaytun.
Persoalannya adalah, gerakan NII alzaytun adalah sebuah tragedi perbudakan kemanusiaan yang mengatasnamakan agama, anggota yang masuk dihancurkan ekonominya atas nama infak, dirusak ahlaknya dan dihancurkan masa depanya, jadi lengkap. Tambah Ken.
Diakui Ken, bahwa saat ini gerakan NII Alzaytun belum bicara aksi terorisme, tugas mereka yang sudah bergabung hanya cari jamaah baru dan cari dana sebanyak banyaknya untuk mendirikan NII.
Tapi orang orang yang sudah bergabung di NII itu otaknya sudah kongslet, ada yang keluar dan normal lagi, ada juga selangkah lagi mereka yang kecewa karena materinya itu jihad atau perang, tapi kok tidak perang perang, akhirnya banyak yang lompat ke jaringan terorisme seperti JI atau JAD.
Kelompok NII memang belum menjadi ranah Densus 88 walaupun sudah takfiri dan anti pemerintah, serta anti Pancasila karena baru sesat di pemahaman atau pemikiran, jadi belum bisa ditangkap densus.
Ken berharap pemerintah segera membuat regulasi yang melarang semua paham yang bertentangan dengan Pancasila, kalau perlu dibuat Tap MPR seperti pelarangan komunis agar mereka yang sudah berpaham radikal bisa ditindak dengan hukum yang berlaku. Tutup Ken.