IDI: “Masyarakat Tidak Usah Ragu dengan Vaksin Karena Merupakan Pilihan yang Baik untuk mengakhiri Pandemi”

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Daeng M. Faqih mengatakan perlu adanya role model dari pimpinan dan tokoh publik dalam pelaksanaan vaksinasi.

“Supaya masyarakat semakin percaya dan tidak ragu. IDI sejak awal menyampaikan, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) memberikan izin penggunaan darurat, IDI akan memberikan contoh untuk menjadi yang pertama divaksin,” katanya mengutip keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (11/1/2021).

IDI telah membentuk tim advokasi vaksinasi yang bertugas memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar pelaksanaan vaksinasi di lapangan dilakukan dengan baik dan diterima dengan baik oleh masyarakat. IDI juga telah melakukan sosialisasi, baik secara internal maupun kepada masyarakat bahwa vaksinasi ini adalah pilihan yang baik untuk mengakhiri pandemi.

“Tujuan akhirnya adalah menyadarkan dokter untuk ikut divaksinasi pada tahap pertama. Selain itu, ketika saat pelaksanaan vaksinasi di masyarakat nanti, tenaga kesehatan bisa ikut berpartisipasi untuk menyukseskannya,” jelasnya.

Para tenaga kesehatan sudah memahami pentingnya vaksinasi karena mereka terbiasa melakukan pelayanan vaksinasi sehari-hari hingga ke puskesmas.

“Oleh karena itu, tenaga kesehatan seharusnya tidak perlu mempermasalahkan vaksinasi. Koridor yang perlu dijaga adalah keamanan dan efektivitasnya dan itu akan dijawab oleh hasil laporan uji klinik yang dilakukan serta izin penggunaan darurat yang akan dikeluarkan Badan POM,” imbuhnya.

Sementara itu, masyarakat dihimbau agar kepercayaan terhadap vaksin tidak berdasarkan merek atau basis negara, tapi harus berdasarkan aspek ilmiah.

“Jadi vaksin tersebut sudah dijamin keamanan dan efektivitasnya dari mana pun asal dan mereknya,” tegasnya.

Dia juga menyinggung terkait halal/haram vaksin tersebut. Sebab hal ini sangat berpengaruh apalagi masyarakat Indonesia termasuk dokter itu mayoritasnya beragama Islam sehingga penjelasan tentang kehalalan menjadi penting.

“Jumat lalu (8/1), Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menyatakan bahwa vaksin Sinovac hukumnya suci dan halal, jadi sudah jelas,” katanya.

Dia yakin ada dua strategi dalam menangani pandemi ini. Pertama, poin penanggulangannya berada pada menekan kecepatan penularannya. Strateginya yakni, orang yang sudah terinfeksi harus cepat ditemukan agar cepat dilokalisir penularannya.

Lalu,  orang yang sehat berupaya agar tidak tertular dengan cara menerapkan 3M. Jika pengawasan disiplin protokol Kesehatan sampai komunitas terkecil, diharapkan bisa lebih efektif.

“Tambahan selain menerapkan protokol kesehatan adalah, menjaga daya tahan tubuh melalui konsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *