Gatot Nurmantyo Dituding Berambisi Ingin Jadi Capres 2024, Road Show Deklarasi KAMI, Angkat Isu PKI

Wakil Ketua MPR, yang juga Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, menilai pernyataan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang mengaitkan pemberhentiannya sebagai panglima, dengan perintah nonton bareng film G30S/PKI, sebagai hal politis.

Dan diduga berhubungan dengan keinginan Gatot untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden pada Pilpres 2024.

Jazilul mengatakan dalam surat yang diterima Komisi I DPR tercantum, alasan penggantian Gatot oleh Presiden pada 2017 lalu, karena Gatot segera memasuki masa pensiun.

Jazilul mengatakan pernyataan Gatot menimbulkan banyak tafsir, dan bisa dilihat sebagai cara Gatot untuk menjadi calon presiden di pilpres mendatang.

Massa yang menolak kegiatan KAMI di Surabaya menganggap acara tersebut bermuatan politik.

Sebelumnya, deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang direncanakan diadakan di Gedung Juang 45 Surabaya, Jawa Timur pada Senin (28/9/2020) siang batal.

Penyebabnya, sejumlah massa dari berbagai organisasi masyarakat atau ormas tiba-tiba menggeruduk lokasi acara KAMI dan meminta agar kegiatan tersebut dibatalkan.

Mendapat penolakan di Gedung Juang 45, KAMI akhirnya memindahkan acara di rumah Jabal Nur yang berada di Jalan Jambangan Surabaya.

Acara yang dihadiri mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, itu ternyata juga diserbu massa.

Oleh polisi, acara dibubarkan saat Gatot sedang berpidato di atas podium.

Video pembubaran acara KAMI di Surabaya sempat beredar di grup WhatsApp wartawan.

Dalam video tersebut, seorang polisi berpakaian atasan putih tiba-tiba naik ke atas podium mencoba menghentikan pidato Gatot Nurmantyo.

Menanggapi naiknya seorang polisi ke podium, Gatot Nurmantyo bereaksi keras.

Dia menegaskan bahwa gerakan KAMI adalah organisasi yang konstitusional.

“KAMI adalah organisasi yang konstitusional,” kata Gatot menutup sambutannya pada Senin (28/9/2020).

Selanjutnya, Gatot akhirnya memilih mengalah dan tak lagi mendebat.

Ia pun langsung menyudahi pidatonya saat itu juga.

“Kalau kita diminta bubar oleh polisi, maka kita junjung tinggi dan ikuti apa yang telah diminta pak polisi,” ujarnya.

Gatot Nurmantyo kemudian keluar dari Gedung Jabal Nur dan dikawal sejumlah orang.

Dia akhirnya meninggalkan lokasi gedung pertemuan tersebut.

“Saya bilang kepada semua hadirin aparatur ini yang melaksanakan tugas, dia aparat kepolisian.

Jangan marah kepada bapak aparat ini, karena dia adalah bawahan yang disuruh pasti atasannya,” kata Gatot.

Wakil Ketua Eksekutif KAMI Jatim, Agus Maksum, membenarkan bahwa acara KAMI dibubarkan oleh polisi.

Menurutnya, pembubaran dilakukan karena tak mengantongi izin.

“Acara dibubarkan karena dianggap tidak ada izin, padahal ini acara internal, hanya ramah tamah biasa, tidak dihadiri banyak orang,” kata Agus.

Dalam acara tersebut, kata Agus, Gatot Nurmantyo akan mengukuhkan pengurus KAMI Jatim.

“Acaranya pengukuhan dan sambutan, sambutan Pak Gatot saja tidak sampai selesai,” ujarnya.

Pihaknya justru mempertanyakan aksi massa di depan rumah Jabal Nur yang meminta acara KAMI dibubarkan.

Semula, kata dia, acara memang akan digelar di komplek Gedung Juang 45 Surabaya.

Namun, karena kondisi di gedung Juang 45 sudah ada massa yang mengadang, akhirnya acara ramah tamah dipindah ke Jabal Nur Jalan Jambangan Surabaya.

Agus Maksum menambahkan, sebenarnya pihaknya sudah mengajukan izin beberapa waktu lalu. Izin peminjaman juga sudah keluar.

“Namun, malam kami mendadak mendapat pembatalan,” kata dia dikutip dari Surya.co.id.

Dia menuturkan, meski dibatalkan pihaknya sebenarnya tetap ingin menggelar acara di sana meskipun tidak di dalam gedung.

Apalagi, para pembicaranya sudah hadir. Di antaranya ada Gatot Nurmantyo dan lainnya.

Namun, lantaran kondisi yang tidak kondusif membuat mereka batal menggelar acara tersebut.

Acara ramah tamah kemudian berlangsung di kawasan Jalan Jambangan.

Namun, di sana juga mendapat demo massa yang menolak mereka.

“Itu acara di dalam gedung, menggunakan protokol Covid-19, damai dan tidak menimbulkan persoalan apapun, misalnya kekacauan sosial atau apapun. Lalu yang muncul justru ada massa yang mendemo kami,” ujarnya.

Sementara itu, Komite Eksekutif KAMI Jatim, Donny Handricahyono mengatakan, di Jalan Jambangan itu merupakan acara internal mereka. Sebab, acara mereka hanya di Gedung Juang 45 seperti pamflet yang sudah beredar.

“(Di Jalan Jambangan) Saya tegaskan itu adalah acara pribadi, privat kalangan sendiri. Bukan acara yang harus kita share ke mana-mana,” kata Donny.

Sementara itu, Kapolsek Sawahan, AKP Wisnu Setyawan Kuncoro mengatakan acara silaturahim KAMI yang dihadiri Gatot Nurmantyo itu tak memiliki izin.

“Acara KAMI di Gedung Juang 45 tidak memiliki izin. Penyelenggara harusnya juga mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19,” kata Wisnu.

Sebelumnya diberitakan, ratusan orang yang mengatasnamakan ‘Surabaya Adalah Kita’ menggelar aksi di Gedung Juang 45, Senin (28/9/2020).

Mereka menolak adanya deklarasi KAMI yang kabarnya akan digelar ditempat tersebut.

Edi Firmanto, koorlap aksi mengatakan pihaknya menolak deklarasi kelompok tersebut lantaran dianggap hanya akan membuat gaduh.

“Yang pasti kita menolak deklarasi KAMI,” kata Edi.

Mereka berorasi, menyatakan penolakan. Menurut Edi, jika untuk kepentingan politik bisa menunggu di tahun 2024 mendatang. Tanpa perlu membuat gaduh.

“Surabaya adalah kita siap mengawal dan menjaga Surabaya agar tetap aman, damai dan kondusif dalam bingkai NKRI dan Pancasila,” ujar Edi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *