Sepak terjang mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo belakangan ini dianggap cukup menyedot perhatian publik. Mulai menginisiasi gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), hingga membela tindak tanduk imam besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Syihab.
Pengamat politik Ujang Komarudin, menilai, bukan hal aneh jika Gatot membela mati-matian Rizieq Syihab. Kedua tokoh tersebut selama ini dikenal sebagai tokoh yang anti-pemerintah dan akan mengkritik apapun kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sejalan. “Tidak aneh dan bukan hal baru. Karena keduanya memiliki garis yang sama, yaitu menjadi kritikus terhadap pemerintah,” kata Ujang Komarudin, di Jakarta, Kamis (10/12/2020).
Tidak hanya sejalan dalam konteks mengkritisi pemerintah, langkah perjuangan Gatot dan Rizieq juga memiliki kesamaan, yaitu ingin meluruskan pemerintah jika dinilai salah jalan. “Jadi pada intinya, Gatot juga butuh HRS (Rizieq Syihab) dan massanya. Jika Gatot maju jadi capres atau cawapres, maka dia membutuhkan HRS. Jadi HRS bisa menjadi teman dan aset bagi Gatot,” ujar Ujang.
Pengamat politik Maksimus Ramses Lalengkoe menilai, tindak tanduk Gatot Nurmantyo disinyalir juga sebagai upaya mencari modal dukungan untuk menghadapi Pilpres 2024. “Saya menganalisis, Gatot sedang mencari arus dukungan kelompok Rizieq. Sebab hanya kelompok itu yang bisa dia garap secara politik, karena lebih terorganisir ketimbang kelompok lainnya,” kata Maksimus.
Baru-baru ini, Gatot tampil dalam acara Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh yang disiarkan Front TV. Dalam kesempatan itu, yang bersangkutan menegaskan masih ada praktik ketidakadilan dalam pemeriksaan Rizieq Syihab oleh kepolisian terkait kasus kerumunan.
“Apa yang terjadi belakangan ini tentang pemeriksaan Rizieq, kalau memang negara ini adil dan benar-benar beradab maka semua yang kumpulan-kumpulan, periksa semuanya,” tegas Gatot.