Forum Jogja Rembug (FJR) mengatakan Otonomi Khusus (OTSUS) memberikan dampak kemajuan yang luar biasa pada wilayah Papua. Meskipun dengan berbagai kekurangannya, OTSUS II meski dilanjutkan dengan sejumlah catatan.
“Bahwa OTSUS ini harus tetap dilanjutkan dengan catatan harus dievaluasi. Karena masih banyak terjadi ketimpangan. Hal ini disimpulkan dari kenyataan minimnya pengawasan dan pendampingan sehingga terjadi salah sasaran, salah distrubusi,” kata Muhlis Gatta, Ketua Devisi Litbang FJR, dalam sambutannya di Webinar Nasional OTSUS dan Masa Depan Papua.
Selain itu, kata Muhlis, OTSUS ini hanya lebih banyak berputar di kota, padahal kita tahu orang Papua Asli berada di pedalaman. Lanjutnya, banyak juga program hanya berpusat pada pembangunan infrastruktur melulu bukan pemenuhan kebutuhan yang sama pentingnya. Seperti pada isu penguatan pangan.
“Perlu kerjasama pemerintah DPR dan semua elemen bangsa kemudian inovasi-inovasi dana OTSUS itu mampu menyentuh masyarakat asli Papua. Contohnya, dibuatlah perluasan lahan pertanian baru, perkebunan, peternakan terpadu, serta dipenuhi dengan alat-alat serta segala perlengkapan kebutuhannya. Hal-hal ini harus dilakukan karena sangat mengena langsung,” pungkasnya.
“Yang paling pokok juga soal perlindungan masyarakat adat. Soal perlindungan masyarakat adat ini, bukan hanya soal manusia masyarakatknya, tetapi soal wilayahnya juga, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Kalau tidak dilindungi, ketakutakan kami masyarakat asli Papua akan tersingkir lama-lama,” lanjut Pendiri Kantor Advokat La Gatta di Jogja ini.
Ditempat yang berbeda, Peneliti Asal IAIN Sorong, Prof. Dr. Ismail Suardi Wekke, Ph.D mengatakan jika ingin melihat tolerasin keberagaman dan Keberagamaan Papua bisa dijadikan contoh. Bahkan, terang Dosen IAIN yang sudah 10 tahun di Papua ini, Papua mendapatkan penghargaan toleransi tertinggi dari Kemenag.
“Dua hal yang ingin saya kemukakan adalah soal keragaman dan keberagamaan. Kita jangan lihat IPM saja. Kita misal lihat soal ranking toleransi jadi tempat sangat nyaman dan nilai tertinggi toleransi dari kemenang,” kata Ismail Wekke, dalam kegiatan yang sama.
Selain itu, Ismail juga menekankan terkait akses pendidikan. Bahwa OTSUS juga dialokasikan kepada pendidikan beasiswa anak-anak Papua, sehingga begitu besar dampak positif dari dana OTSUS Papua ini.
“Sekolah berasrama adalah tambahan juga untuk turut menikmati pendidikan bagi mereka yang tinggal di pulau-pulau dan pesisir,” ucap Professor di Bidang Bahasa Arab ini.
Diketahui, kegiatan Webinar Nasional bertajuk OTSUS dan Masa Depan Papua, Kamis (20/08) juga turut menghadirkan tokoh-tokoh anak Muda seperti Stafsu Presiden RI Billy Mambrasar, serta mantan Politisi Golkar yang saat ini menjabat sebagai DPD RI, Yorys Yarewei.