Mediatugu – Ideologi Pancasila tidak dapat diganti dengan apa pun. Pancasila bukan hanya pondasi bangsa, namun juga nilai-nilai yang akan menjadi tuntunan masyarakat untuk bersatu dan mencapai kemajuan. Indonesia tidak akan pernah ada tanpa Pancasila.
Penegasan ini disampaikan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Rikard Bagun saat menjadi pembicara webinar bertema ‘Anak Muda Bicara Pancasila’ yang digelar Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI). Dalam webinar dia juga menyampaikan, sesuai namanya BPIP bertugas melakukan pembinaan.
Apa yang dibina? Pertama, proses sosialisasi. Kemudian lebih jauh diharapkan proses internalisasi tentang nilai-nilai Pancasila.
“Ini bukan nilai asing, melainkan nilai yang berakar dan tumbuh dan menghidupkan kita semua di kita selama ratusan dan mungkin ribuan tahun. Nilai-nilai ini sudah terbukti dan punya reputasi, untuk menjaga kebersamaan yang membuat bangsa Nusantara berkembang dan hidup bersama,” ujar Rikard yang juga menjabat sebagai Ketua Umum IKI tersebut.
Dia menjelaskan, Bung Karno dan generasi dahulu mengonsolidasikan nilai-nilai yang telah ada ini dalam rumusan yang disebut Pancasila. Inilah yang membuat nilai-nilai yang telah ada itu menjadi tersistemitasi. Nilai yang telah menjadi habitat dan kebiasaan sehari-hari itu dalam masyarakat nusantara.
Untuk itu, kata dia, masyarakat Indonesia tidak bisa tiba-tiba hidup seperti di Eropa, misalnya. Begitu pun orang Timur Tengah, hidup dan berhabitat Timur Tengah karena memiliki histori.
Menurut Rikard, penyelenggaraan Ilahi selalu menempatkan manusia dengan habit dan habitatnya. Indonesia diberikan habitat yang luhur, karena tidak lepas dari nilai sepiritualitas.
“Dalam sila pertama Pancasila telah jelas, bahwa dalam setiap tubuh manusia Indonesia ada sepiritualitas,” ujarnya.
Selain itu ada pula nilai persatuan. Artinya masyarakat harus bersatu. Lalu ada demokrasi, karena dalam hidup bersama walaupun ada perbedaan tetap harus hidup bersama. Ada juga ekonomi.
BPIP sebenarnya ingin memberi pengawalan atau menjadi salah satu lokomotif, bersama lokomotif lain yakni civil society untuk menjaga nilai-nilai tersebut. Mengapa harus dijaga? Karena ada gempuran dari luar.
Rikard mengingatkan, banyak hal dari luar atau asing yang masuk sehingga harus difilter. Dengan begitu diketahui mana yang layak dengan nilai-nilai di Indonesia atau justru akan menghancurkan. Hal ini menjadi komitmen bersama.
“Kalau Pancasila diganti, berarti NKRI tidak ada. Itulah sebabnya Pancasila tidak tergantikan. Ikatannya pada sejarah nilai, dan kehidupan manusia Indonesia dan nusantara akan selalu ada. Ini menjadi modal kita ke depan,” kata dia.
Selain ancaman dari luar, juga ada ancaman dari dalam sehingga harus dilakukan penguatan-penguatan. Untuk memperkuat itu tentu saja, ada hal yang harus dilakukan. Sebagai contoh, Pancasila dalam hal ekonomi, yakni kemandirian diri, seperti yang dikatakan Bung Karno.
Kemudian, kedaulatan politik. Indonesia harus dijaga dari ideologi lain yang tidak sesuai dengan ideologi bangsa. Selanjutnya ada secara kebudayaan. “Jelas sekali di sana itu ada kepribadian kita,sebagai kepribadian Indonesia. Dan kepribadian ini harus diekspresikan, dalam pergaulan internasional,” ucap Rikard.
Kegiatan webinar ini menghadirkan tiga pembicara antara lain Anggota Dewan Pengarah BPIP dan Ketua Umum IKI Rikard Bagun, Pusat Studi Pancasila UGM Rona Utami, dan Ketua Komisi Pendidikan PPI Dunia yang juga penulis muda Agus Ghulam Ahmad.