Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan H. Purwanto mengatakan keluarga, khususnya orang tua memiliki peranan penting dalam mencegah anak terpengaruh paham radikalisme dan ekstremisme. Menurutnya, keluarga harus selalu memiliki kedekatan dan memantau kondisi anaknya.
Hal ini menyusul kejadian aksi penyerangan oleh terduga teroris yang terjadi di Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) dan Mabes Polri Jakarta Selatan pada Rabu (31/3/2021). Menariknya, kedua aksi tersebut dilakukan oleh orang yang masih berumur di bawah 30 tahun dan melibatkan perempuan.
Wawan Purwanto bicara banyak dalam acara Ngobrol Seru yang diadakan IDN Times bertajuk “Perempuan dan Terorisme” pada Selasa (13/4/2021). Acara tersebut disiarkan langsung melalui kanal YouTube IDN Times.
1. Orang tua jangan biarkan anak murung dan menjauh dari keluarga
Beberapa kejadian teror yang terjadi belakangan dilakukan oleh perempuan dan anak yang relatif muda. Menurut Wawan, hal ini menjadi alarm bagi para orang tua untuk memperkuat ketahanan keluarga. Ia menambahkan keluarga mesti mentransmisikan nilai-nilai toleran dan pemahaman yang baik, sehingga tak terpengaruh oleh ajaran yang salah.
“Jika ada perubahan sikap yang biasanya ceria menjadi murung, perlu ada kedekatan antar keluarga supaya paham dengan kondisi pikiran anak,” ujar Wawan.
Menurutnya, anak yang cenderung menyendiri , harus diberi perhatian lebih. Sebab menurutnya biasanya anak akan menganggap dirinya paling benar, bahkan keluarganya yang berbeda pemahaman, dianggap kafir atau thaghut.
2. Sesekali orang tua harus pantau media sosial milik anak
Menurut Wawan, orang tua setidaknya pernah mengecek aktivitas anak di dunia maya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kepada siapa saja anak berhubungan di media sosial.
Contohnya, terduga teroris ZA (25) yang menyerang Mabes Polri diketahui simpatisan ISIS melalui Instagram miliknya. Ia juga membeli airsoft gun secara daring. Menurut Wawan, hal ini adalah sebuah proses. ZA sudah menyiapkan diri, baik secara mental maupun materi.
3. Kesibukan jadi salah satu faktor untuk cegah anak terpapar pengaruh radikal
Selain perhatian keluarga, Wawan mengatakan setiap anak harus memiliki kesibukan lain yang sifatnya positif. Menurutnya, anak muda memerlukan kesibukan supaya memiliki aktivitas yang membuat seseorang tidak terbelenggu.
“Agar hati mereka tidak terlalu masuk dan menelan mentah-mentah apa yang mereka terima, tanpa berpikir logis,” ujarnya.
Ia mencontohkan tujuh eks narapidana teroris (napiter) yang kembali ke kelompoknya usai bebas dari penjara.